Dialog Anak Lanang dan Bapaknya Tentang Memilih Jurusan
Minggu-minggu ini adalah musim anak-anak lulusan SMA sedang bingung, lebih-lebih orang tuanya. Bingung memilih jurusan kuliah, bingung memilih Perguruan Tinggi, dan yang paling membuat kepala seperti mau pecah ya bingung dengan biayanya.
Begitu pula anak lanang yang saat ini tinggal di rumahnya di Jogja, sepulang dari mendaki gunung Kerinci di Sumatra kembali bingung untuk memilih jurusan kuliah. Sebelumnya memang sudah bingung tapi dilupakan sejenak untuk mendaki gunung. Jurusan yang kurang diminati sudah di genggaman dan harus segera membayar sejumlah jut-jutan, dan itu uang semua. Sedangkan jurusan yang sangat diminatinya masih dalam buruan dan belum ada tanda-tanda mau menyerah untuk terus diburu. Gimana nih? Lalu terjadilah dialog melalui Blackberry Messanger (BBM) dengan bapaknya yang sedang berada di Jakarta.
Anak lanang bingung. Jurusan yang kurang diminatinya harus "diamankan" dengan cara dibayar dulu sesuai persyaratannya. Sementara anak lanang keukeuh harus bisa menembus SNMPTN menangkap jurusan yang diminatinya. Kalau benar nantinya berhasil tembus, maka ada kemungkinan uang "pengaman" yang sudah dibayarkan akan hilang, setidak-tidaknya akan hilang sebagian.
Kata bapaknya: "Uang hilang bukan intinya, walau itu sangat berarti. Tapi keputusannya harus strategis. Maka jangan buru-buru dibayar, dipikir dulu kemungkinannya mumpung masih ada waktu...".
Lanjut bapaknya: "Gak usah bingung... Dasar pemikirannya adalah: Tidak ada kesulitan yang tanpa jalan
keluar. Tidak ada pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Itu Qur'an yang bilang, bukan bapak...".
So? "Ya minta bantuan Tuhan untuk menunjukkan jawabannya...".
Caranya? "Sholat istikharoh... Sambil merayu Allah agar dibantu ditunjukkan jawabannya, persis seperti ketika merayu ibu agar diberi uang jajan... Ini serius. Allah itu suka dirayu...".
Lanjut bapaknya: "Insya Allah, jawaban itu akan datang dalam bentuk kemantapan hati. Sepanjang semua dilakukan dengan kesungguhan, mulai dari Niat - Fokus - Doa, insya Allah akan ada jawaban dan jalan keluarnya. Orang lain (termasuk bapak dan ibu), hanya bisa menunjukkan cara dan jalannya (mbayari juga, ding...). Dirinya sendiri yang merasakan kemantapannya".
Menutup BBM-an dengan anak lanang, bapaknya menulis: "Good Luck!". Lalu dibalasnya dengan kalimat basmalah tapi latah... dengan tulisan Arab yang kurang tepat.
Langsung saja dibalas sama bapaknya dengan bahasa Jawa: "Aaaaa...tulisan Arabnya salah! Itu pasti copy-paste (disusul gambar gundul kuning meringis)".
Anak lanang membalas juga dengan bahasa Jawa: "Hahaha iya... Lha adanya itu, ya saya copy-paste saja (disusul gambar gundul kuning menjulurkan lidah)".
"Makanyaaa....", BBM tidak diteruskan, ben mikir dhewe (biar dipikir sendiri) cara memperbaikinya...
*Repost dari newsletter kiriman dari Yusuf Iskandar.
Begitu pula anak lanang yang saat ini tinggal di rumahnya di Jogja, sepulang dari mendaki gunung Kerinci di Sumatra kembali bingung untuk memilih jurusan kuliah. Sebelumnya memang sudah bingung tapi dilupakan sejenak untuk mendaki gunung. Jurusan yang kurang diminati sudah di genggaman dan harus segera membayar sejumlah jut-jutan, dan itu uang semua. Sedangkan jurusan yang sangat diminatinya masih dalam buruan dan belum ada tanda-tanda mau menyerah untuk terus diburu. Gimana nih? Lalu terjadilah dialog melalui Blackberry Messanger (BBM) dengan bapaknya yang sedang berada di Jakarta.
Anak lanang bingung. Jurusan yang kurang diminatinya harus "diamankan" dengan cara dibayar dulu sesuai persyaratannya. Sementara anak lanang keukeuh harus bisa menembus SNMPTN menangkap jurusan yang diminatinya. Kalau benar nantinya berhasil tembus, maka ada kemungkinan uang "pengaman" yang sudah dibayarkan akan hilang, setidak-tidaknya akan hilang sebagian.
Kata bapaknya: "Uang hilang bukan intinya, walau itu sangat berarti. Tapi keputusannya harus strategis. Maka jangan buru-buru dibayar, dipikir dulu kemungkinannya mumpung masih ada waktu...".
Lanjut bapaknya: "Gak usah bingung... Dasar pemikirannya adalah: Tidak ada kesulitan yang tanpa jalan
keluar. Tidak ada pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Itu Qur'an yang bilang, bukan bapak...".
So? "Ya minta bantuan Tuhan untuk menunjukkan jawabannya...".
Caranya? "Sholat istikharoh... Sambil merayu Allah agar dibantu ditunjukkan jawabannya, persis seperti ketika merayu ibu agar diberi uang jajan... Ini serius. Allah itu suka dirayu...".
Lanjut bapaknya: "Insya Allah, jawaban itu akan datang dalam bentuk kemantapan hati. Sepanjang semua dilakukan dengan kesungguhan, mulai dari Niat - Fokus - Doa, insya Allah akan ada jawaban dan jalan keluarnya. Orang lain (termasuk bapak dan ibu), hanya bisa menunjukkan cara dan jalannya (mbayari juga, ding...). Dirinya sendiri yang merasakan kemantapannya".
Menutup BBM-an dengan anak lanang, bapaknya menulis: "Good Luck!". Lalu dibalasnya dengan kalimat basmalah tapi latah... dengan tulisan Arab yang kurang tepat.
Langsung saja dibalas sama bapaknya dengan bahasa Jawa: "Aaaaa...tulisan Arabnya salah! Itu pasti copy-paste (disusul gambar gundul kuning meringis)".
Anak lanang membalas juga dengan bahasa Jawa: "Hahaha iya... Lha adanya itu, ya saya copy-paste saja (disusul gambar gundul kuning menjulurkan lidah)".
"Makanyaaa....", BBM tidak diteruskan, ben mikir dhewe (biar dipikir sendiri) cara memperbaikinya...
*Repost dari newsletter kiriman dari Yusuf Iskandar.
Comments
Post a Comment